Ilmu tidak akan mati dan putus bila kita saling berbagai untuk meningkatkan pengetahuan dan pemikiran, kita butuh informasi yang valid dan berguna.

Selasa, 12 November 2019

DEFINISI ETIKA BISNIS ISLAM

Hasil gambar untuk pengertian etika bisnis tahap makro meso dan mikro dalam islam

 PENTINGNYA PEMAHAMAN ETIKA
Meskipun dunia terus terbangun modernitas, namun seyogyanya masyarakat yang hidup didalamnya tetap memiliki budaya dan agama sebagai penuntun kegiatan bisnisnya. Tindak tanduk bisnis manusia selalu perlu didasari oleh nilai moral sehingga penjual dan konsumen mencapai kesejahteraannya.
Norma moral penting karena setiap keputusan bisnis harus didasari moral, dengan cara bisnis yang benar dan dapat   diterima   oleh   mayoritas   masyarakat,   misalnya pebisnis mencantumkan peringatan penting pada kemasan obat produksinya, agar konsumen dapat mengikuti petunjuk pemakaian tersebut dan tidak terjadi kesalahan fatal selepas mengkonsumsi   obat   yang   dibelinya.       Norma   moral menuntun pebisnis menuju kehidupan sosial yang teratur. Untuk mencapai hal tersebut Pebisnis dan konsumen perlu mengetahui  pemahaman,  kesepakatan,  prosedur  perilaku
yang dilakukan oleh pebisnis dan konsumen sehingga kehidupan sosial bisa tercapai. Perilaku manusia perlu benar benar dilandasi norma moral dan etika dalam berbisnis, dan nilai moral tersebut harus selalu diwariskan pada generasi berikutnya. Hanya makhluk yang memiliki etika moralitas tinggi bisa disebut sebagai manusia, karena manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling tinggi dan mulia.
Etika bisnis adalah pemikiran atau refleksi tentang moralitas dalam ekonomi dan bisnis. Moralitas berarti aspek baik dan buruk, terpuji atau tercela, dan karenanya Diperbolehkan atau tidak, dari perilaku manusia. Moralitas selalu berkaitan dengan apa yang dilakukan manusia dan kegiatan ekonomis merupakan suatu bidang perilaku manusia yang sangat penting. Tidak mengherankan jika sejak dahulu kala etika juga menyoroti ekonomi dan bisnis. Tetapi, belum pernah etika bisnis mendapat begitu banyak perhatian seperti dalam zaman kita sekarang.
Banyak orang yang berkeyakinan bahwa peranan etika bisnis tidak boleh bersifat sementara saja karena menyangkut suatu aspek hikaki dari bisnis. Bisnis sendiri dan semua pihak yang terlibat di dalamnya akan dirugikan bila segi etika ini diabaikan. Karena itu, etika sepatutnya diberi tempat juga bila kita mendidik dan melatih orang muda yang ingin memilih bisnis sebagai profesinya.
Menurut Prof. Dr. Kees Bertens, MSC. Ada beberapa tujuan yang ingin kita capai melalui studi tentang etika bisnis :
1.      Menanamkan atau meningkatkan kesadaran akan adanya dimensi etis dalam bisnis.
2.      Memperkenalkan argumentasi moral, khususnya di bidang ekonomi dan bisnis, serta membantu pebisnis atau calon pebisnis dalam menyusun argumentasi moral yang tepat.
3.      Membantu pebisnis dan calon pebisnis untuk menentukan sikap moral yang tepat di dalam profesinya.
4.      Menyediakan wawasan yang luas.
5.      Melatih orang berpikir kritis dan bernuansa.
Etika adalah cabang filsafat yang mempelajari baik buruknya perilaku manusia. Sejak akhir tahun 1960-an teori etika mulai membuka diri bagi topik-topik konkret dan aktual sebagai obyek penyelidikannya. Perkembangan baru ini sering disebut “etika terapan” (applied ethics). Mula-mula topik konkret itu menyangkut itu menyangkut ilmu-ilmu biomedis, karena di situ kemajuan ilmiah menimbulkan banyak masalah etis yang baru. Tidak lama kemudian etika terapan memperluas perhatiannya kepada topik-topik aktual lainnya. Etika bisnis juga sebaiknya kita lihat sebagai suatu bidang peminatan dari etika terapan.
Seperti etika terapan pada umumnya, etika bisnis pun dapat dijalankan pada tiga taraf: taraf makro, meso, dan mikro. Tiga taraf ini berkaitan dengan tiga kemungkinan yang berbeda untuk menjalankan kegiatan ekonomi dan bisnis.
Bisa dikatakan bahwa “teori etika” dapat membantu para   pengambil   keputusan   untuk   bisa   memberikan penilaian, apakah sebuah   keputusan itu sudah etis atau belum. Teori etika mendasari dan menyediakan sebuah kerangka kemungkinan kepastian benar atau tidaknya suatu keputusan moral.
Dengan berdasarkan pada sebuah  teori etika, keputusan moral yang dilakukan   bisa menjadi beralasan. Dengan kata lain, dengan teori etika  keputusan dijauhkan dari suasana sewenang-wenang dan terhindar dari ketidak pastian hukum dan ketidakpuasan. Sebuah teori etika tertentu   membantu pengambilan keputusan moral. Teori etika menyediakan justifikasi bagi keputusan yang dilakukan oleh para manajer.
Secara teoritis, ada yang termasuk norma umum dan khusus. Norma umum akan berlaku umum  dan universal, tidak  kenal tempat,  waktu  dan lingkungan  masyarakat. Artinya di manapun, kapanpun dan di lingkungan manapun akan norma tersebut akan diberlakukan.  Sedangkan norma khusus berlaku pada tempat,  waktu  dan lingkungan yang khusus, disamping juga niengatur kegiatan dan bidang kehidupan tertentu,
Salah satu norma umum yang berlaku dalam masyarakat adalah norma moral, yaitu aturan mengenai sikap, perilaku dan tindakan manusia sebaai yang yang berkehidupan bermasyarakat.  Norma moral, atau yang sering disebut  moralitas dapat didefinisikan sebagai standar yang dimiliki  seseorang atau  individu ataupun  kelompok tentang apa yang benar dan apa yang salah, tentang apa yang baik dan apa yang jahat (Satyanugraha, 2003). Norma moral menjadi standar bagi orang lain atau masyarakat untuk menentukan  baik buruknya perilaku dan tindakan  seseorang, serta benar salah perilaku orang tersebut dalam kehidupan bermasyarakat.
Etika adalah sebuah ilmu yang mempelajari bagaimana berperilaku jujur, benar dan adil. Etika merupakan cabang
ilmu filsafat, mempelajari perilaku moral dan immoral, membuat pertimbangan matang yang patut dilakukan oleh seseorang kepada orang lain atau kelompok tertentu.
Etika dikategorikan sebagai  filsafat moral atau etika normatif.   Etika   adalah   suatu   perilaku   normatif.   Etika normatif  mengajarkan  segala  sesuatu  yang  sebenarnya benar menurut hukum dan moralitas. Etika mengajarkan sesuatu yang salah adalah salah dan sesuatu yang benar adalah benar. Sesuatu yang benar tidak dapat dikatakan salah dan sebaliknya sesuatu yang salah tidak dapat dikatakan benar. Benar dan salah tidak dapat dicampur adukkan demi kepentingan seseorang atau kelompok.
Untuk memahami pengertian etika secara praktis, diperlukan  usaha  memperbandingkan  etika  dengan moralitas. Etika maupun moralitas sering diperlakukan sama sejajar dalam memberi arti terhadap sebuah peristiwa interaksi antar manusia.
Pertama, etika berasal dari kata Yunani ethos, bentuk jamaknya berarti “adat istiadat‟. Berarti etika berhubungan dengan kebaikan hidup, kebiasaan atau karakter   baik   terhadap   seseorang,   masyarakat   atau terhadap kelompok masyarakat.
Kedua, Etika dalam pengertian kedua ini dimengerti sebagai filsafat moral, atau ilmu yang membahas dan mengkaji nilai dan norma yang diberikan oleh moralitas dan etika.
Istilah moral berasal dari kata Yunani mores, berarti kebiasaan atau cara hidup. Istilah lain yang mirip dengan moral ialah etika. Moral menunjukkan tindakan seseorang adalah benar atau salah, sementara etika adalah sebuah studi tentang tindakan moral atau sistem atau kode perilaku yang diberlakukan. Jadi etika mempelajari, mengukur dan menentukan  apakah  sebuah  perilaku  bisa  dikatakan  baik atau buruk. Perilaku bagaimana yang boleh dan tidak boleh dilakukan, yang benar dan tidak dibenarkan dilakukan. Tujuan Etika
Dua tujuan etika antara lain menilai perilaku manusiawi berstandar moral, dan memberikan ketepatan nasehat tentang   bagaimana   bertindak   bermoral   pada   situasi tertentu.
Tahapan Etika Bisnis
Etika bisnis dapat dilaksanakan dalam tiga tahapan: tahap makro, tahap meso, dan tahap mikro. Ketiga tahap ini membahas  kegiatan  ekonomi dan bisnis.  Ditahap makro, etika bisnis mempelajari aspek-aspek moral dari sistem ekonomi secara total.
Pada tahap meso (menengah), etika bisnis mempelajari persoalan etika dalam organisasi. Organisasi di sini dapat diasosiasikan sebagai organisasi perusahaan, serikat buruh, lembaga konsumen, perhimpunan profesi, dan lain-lain.
Tahap mikro memusatkan perhatiannya pada persoalan individual sehubungan dengan aktifitas ekonomi atau bisnis. Pada tahap ini  dipelajari tanggung jawab etis karyawan dan
majikan, bawahan dan manajer, produsen dan konsumen, pemasok, dan investor.




NORMA ETIKA
Norma sopan santun adalah etika berperilaku bagaimana caranya melakukan segala sesuatu secara terhormat, dengan hormat, menghargai keberadaan orang
lain, bermanfaat timbal balik, tidak menyinggung perasaan, sehingga tidak menyakiti hati orang lain.
Norma hukum, adalah norma pengatur berbagai perilaku yang boleh dan tidak untuk dilakukan, yang disosialisasikan dan disepakati masyarakat dan dituntut secara tegas pemberlakuannya oleh masyarakat demi keselamatan  dan  kesejahteraan  individual  maupun kelompok dalam kehidupan bermasyarakat.
Norma moral, mengatur mengenai sikap pola perilaku manusia terhadap manusia lain sesuai dengan harkat manusia. Norma moral ini memanusiakan manusia sebagai manusia, memuliakan manusia sebagai manusia. Jadi norma moral ini mengajarkan bagaimana caranya berinteraksi dengan manusia sesuai dengan harkat martabatnya sebagai manusia. Norma moral bisa berarti perilaku adil, jujur, baik dan buruk.
Taraf Makro
Pada taraf makro, etika bisnis mempelajari aspek-aspek moral dari sistem ekonomi secara keseluruhan. Jadi, di sini masalah-masalah etika disoroti pada skala besar. Misalnya masalah keadilan: bagaimana sebaiknya kekayaan di bumi ini dibagi dengan adil? Bebarapa contoh lain adalah: aspek-aspek etis dari kapitalisme; masalah keadilan sosial dalam masyarakat, terutama yang berkaitan dengan kaum buruh.
Taraf Meso
Pada taraf meso (madya atau menengah), etika bisnis menyelidiki masalah-masalah etis di bidang organisasi. Organisasi di sini terutama berarti perusahaan, tapi bisa juga serikat buruh, lembaga konsumen, perhimpunan profesi, dan lain-lain.
Taraf Mikro
Pada taraf mikro, yang difokuskan ialah individu dalam hubungan ekonomi dan bisnis. Di sini dipelajari tanggung jawab etis dari bawahan dan atasan, produsen dan konsumen, pemasok dan investor.
Richard De George mengusulkan untuk membedakan antara ethics in business dan business ethic, antara etika-dalam-bisnis dan etika bisnis. Etika sudah selalu dikaitkan dengan bisnis. Sejak ada bisnis, sejak saat itu pula bisnis dihubungkan dengan etika. Jadi, etika-dalam-bisnis berbicara tentang bisnis sebagai salah satu topik di samping sekian banyak topik lainnya. Etika-dalam-bisnis belum merupakan suatu bidang khusus yang memiliki corak dan identitas tersendiri. Hal itu baru tercapainya dengan timbulnya “etika bisnis” dalam arti sesungguhnya.
Bisnis  hanya  untuk  bisnis  adalah  a  moral.  Bisnis bukan hanya untuk keuntungan bisnis semata. Richard T. De George mengatakan bahwa Business is not just for business but  welfare,  Bisnis  didasari  oleh  etika  tinggi,  jadi  bisnis bukan hanya untuk kepentingan perolehan keuntungan melalui kegiatan bisnis semata melainkan melakukan bisnis untuk kesejahteraan masyarakat dan pelaku bisnis. Kegiatan bisnis utamanya adalah melakukan bisnis sebaik mungkin untuk mendapat keuntungan, bagaimana memproduksi, mengedarkan, menjual dan membeli barang dan jasa untuk memperoleh keuntungan dan lebih jauh lagi menciptakan kesejahteraan masyarakat. Singkatnya sasaran dan tujuan, bahkan  tujuan  satu-satunya  bukan  hanya  keuntungan semata melainkan kesejahteraan masyarakat.
Bisnis berhubungan erat dengan etika atau moralitas.Pebisnis bukan hanya menjalankan pekerjaannya mencari keuntungan,  namun  menyejahterakan  kehidupan masyarakat luas. Aktifitas bisnis seperti jual-beli, menciptakan   produk   atau   menawarkan   jasa,   merebut pangsa pasar, memperoleh keuntungan berdasarkan etika atau moralitas. Moralitas merupakan kewajiban semua individu pebisnis.


Konsumen  adalah Raja
Konsumen perlu dilayani sebagaimana layaknya orang utama. Kepuasan konsumen secara etis merupakan keutamaan dalam setiap aktifitas bisnis yang dilandasi etika bisnis  tinggi.  Perusahaan  yang  berprestasi  adalah perusahaan yang bukan hanya mampu membuat konsumennya merasa puas namun juga merasakan kegembiraan  akibat  urusan  jual  beli  barang  dan  jasa ekonomi dengan pebisnis. Konsumen harus diutamakan pelayanannya karena mereka telah memberikan sejumlah uangnya kepada pebisnis, maka secara etis pebisnis secara timbal  balik  harus  mampu  memberikan  kualitas  produk prima dan pelayanan yang baik sehingga konsumen merasakan kepuasan dan kegembiraan akibat urusan jual beli, sementara pebisnis memperoleh keuntungan, dengan demikian kedua belah pihak merasakan kepuasan dan kegembiraan dari hasil transaksi perdagangan yang dilakukan; keadaan tersebut tentu merupakan kondisi yang wajar  untuk  dialami  oleh  kedua  belah  pihak  yang mengadakan perikatan jual beli secara suka rela.
Dalam etika bisnis berlaku prinsip-prinsip yang seharusnya dipatuhi oleh para pelaku bisnis. Etika bisnis memiliki prinsip-prinsip yang harus ditempuh oleh perusahaan untuk mencapai tujuannya dan harus dijadikan pedoman agar memiliki standar baku yang mencegah timbulnya ketimpangan dalam memandang etika moral sebagai standar kerja atau operasi perusahaan. Muslich (1998: 31-33) mengemukakan prinsip-prinsip etika bisnis sebagai berikut:
1.Prinsip Otonomi
Yaitu kemampuan mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan kesadaran tentang apa yang baik untuk dilakukan dan bertanggung jawab secara moral atas keputusan yang diambil.
2.Prinsip Kejujuran
Bisnis tidak akan bertahan lama apabila tidak berlandaskan kejujuran karena kejujuran merupakan kunci keberhasilan suatu bisnis (missal, kejujuran dalam pelaksanaan kontrak, kejujuran terhadap konsumen, kejujuran dalam hubungan kerja dan lain-lain).

3.Prinsip Keadilan
Bahwa tiap orang dalam berbisnis harus mendapat perlakuan yang sesuai dengan haknya masing-masing, artinya tidak ada yang boleh dirugikan haknya.
4.Prinsip Saling Menguntungkan
Agar semua pihak berusaha untuk saling menguntungkan, demikian pula untuk berbisnis yang kompetitif.

5.Prinsip Integritas Moral
Prinsip ini merupakan dasar dalam berbisnis dimana para pelaku bisnis dalam menjalankan usaha bisnis mereka harus menjaga nama baik perusahaan agar tetap dipercaya dan merupakan perusahaan terbaik.





















REFERENSI
Keraf,  S, Sonny. 1998. Etika Bisnis-Tuntutan & Relevansinya. Jakarta: Kanisius
Michael A.  Hitt,  dkk.  1993.  Manajemen  Strategis-Menyongsong  Era  Persaingan &
Globalisas~Terjemahan, NJ   :  Prentice Hall
Tjiptono, Fandy. Chandra,Gregorius. 2005.  Service,Quality & Satisfaction.
Satyanugraha, Heru. 2003. Etika Bisnis- Prinsip den Aplikasi. Jakarta: LPFE  Universitas Trisakti
 Warren, Russel, G, Antitrust in Theory and Practice, Grid
Inc, Columbus, Ohio, USA
Blackstone, William, T, Ethics and Ecology, 1974, University of Georgia Press, USA
Grossman, Richard, R, and Kazis, Richard, Job Blackmail: It‟s Not Jobs or Environment, 1983, Pilgrim Press, New York, USA

Share:

0 komentar:

Posting Komentar

soeswan.blogspot.com

Ayoo Belajar